Close X FEATURE TOP GEAR PERFORMANCE

The Hand of Purist // Top Gear Performance

“Dean, loe pasti seneng deh kalo ke tempat ini. Ada private garage isinya classic car semua!”

Gue ingat betul ucapan teman gue itu, yang dia sampaikan ketika dia baru saja menjual Porsche 930 miliknya ke salah satu relasi dari Top Gear Performance, sebuah bengkel yang akan gue ceritakan di artikel ini.

Berhubung informasi yang gue terima saat itu menyatakan bahwa workshop ini adalah milik pribadi, jadi gue sempat merasa tidak ada harapan untuk bisa berkunjung ke sana, apalagi meliput. Luckily, beberapa tahun kemudian, gue mendapat informasi dari our goodfriend, Steven Gozali, yang ternyata kenal dengan pemilik bengkel tersebut, yaitu Mr. Djanuar Djohansjah dan Mr. Adriano. Di saat yang sama, Steven juga memberi tahu bahwa Top Gear Performance bukanlah workshop yang tertutup. Namun memang, karena customer-nya yang sangat segmented, jadi workshop ini terkesan seperti bengkel pribadi. Melihat peluang yang terbuka, gue pun tanpa berbasa-basi langsung meminta Steven untuk memperkenalkan gue dengan para pemilik Top Gear Performance tersebut. And yes, Imma super excited! 

Long story short, gue pun akhirnya kenal dengan para pemilik Top Gear Performance. Sejak saat itu pula, gue jadi sering bolak-balik ke workshop tersebut. Gue suka banget main ke sana, karena Mr. Djanuar dan Mr. Adri ternyata sangat humble dan seringkali mengajak gue bertukar pikiran, mulai dari topik daily life, hingga tentunya, topik yang nggak jauh-jauh dari besi beroda empat.

17061968736_42680e65cc_o

Dari obrolan tersebut, gue pun mulai mencari tahu tentang latar belakang berdirinya Top Gear Performance ini.

16464089214_b11a4a7ab7_o

Back to 80s era, that was the beginning of Mr. Djanuar’s first initiation to the car life.

16879177437_fd87abfc13_o

“Dulu tahun 80an, waktu saya masih SMA dan tinggal di Bandung, saya sering melihat orang dengan mobil yang sudah di-modifikasi (tuned – Red.) di daerah Dago. Dari situ, lama-kelamaan saya juga jadi ingin punya (mobil – Red.) mainan juga.

17086549825_cd0d3295bb_o

Kebetulan saya punya tetangga yang suka mengoprek mobil. Saat itulah awal mulanya saya bisa kenal dengan Adri yang merupakan teman dari mas Roy, si pemilik rumah tersebut,” kenang Mr. Djanuar saat bercerita tentang masa lalunya di suatu sore di workshop Top Gear Performance.

17060604836_36e9c462e8_o

Kehidupan sebagai car enthusiast tersebut pun terus berlanjut, hingga akhirnya Mr. Djanuar melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Saat itu, Mr. Djanuar memutuskan untuk memilih jurusan fakultas teknik mesin di Universitas Trisakti. Uniknya, Mr. Adri pun ikut terdaftar sebagai mahasiswa di kampus yang sama dengan jurusan yang sama. Dari sini, interaksi antara kedua car enthusiast inipun semakin erat hingga menjadikan keduanya sebagai sahabat dekat.

17061955266_8f641f8eb5_o

Semasa duduk di bangku kuliah, rumah milik Mr. Djanuar yang terletak di daerah Pejaten pun dialihfungsikan menjadi workshop agar dirinya dan rekan-rekannya dapat melakukan eksplorasi mengenai proses engine tuning.

“Mobil sport pertama yang jadi bahan eksperimen pada saat itu adalah Alfa Romeo GT milik Adri. Kita rawat dan upgrade semuanya dengan tangan kita sendiri. Nggak cuma sebatas itu, kita juga sempat terjun di dunia motorsport, salah satunya rally,” kenang Mr. Djanuar.

17087228141_e5fcecb22b_o

Saat sudah mengantongi gelar sarjana mesin, mereka pun akhirnya sepakat untuk berkiprah lebih serius dengan membuka workshop yang lebih proper. Berhubung lebih serius, mereka pun sepakat untuk turut menggandeng teman-teman lainnya. Namun sangat disayangkan, ternyata dengan banyaknya “kepala” di atas satu usaha, hal ini justru menjadi drawback bagi Mr. Djanuar dan Mr. Adri. Hasilnya, bengkel yang belum lama terbentuk itupun terpaksa dibubarkan.

Bubarnya bengkel tersebut akhirnya ikut memisahkan Mr. Djanuar dengan Mr. Adri setelah keduanya memutuskan untuk menjalani hidup masing-masing dengan profesi yang berbeda. Disaat Mr. Adri membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai arsitek untuk membuat rangka atap stadium di Aceh, Mr. Djanuar justru membanting setir dengan menjadi bankir pada sebuah bank besar di Indonesia.

16900392340_88f2517bfc_o

However, selama 20 tahun Mr. Djanuar bekerja menjadi bankir, dirinya tetap meluangkan waktu untuk membangun Alfa Romeo 200 GTV miliknya di waktu luang yang dimilikinya setelah usai bekerja. Melihat progress mobilnya yang lamban dan masih belum kunjung sempurna di mata Mr. Djanuar, dirinya pun memutuskan untuk menghubungi Mr. Adri. Saat mereka berpisah itu, ternyata Mr. Adri juga terbang ke Amerika untuk mendalami Porsche dengan bekerja di sebuah workshop spesialis Porsche yang turun di ajang kompetisi balap.

16464254534_cb90132249_o

Momen inilah yang menjadi titik balik bagi Mr. Djanuar dan Mr. Ardi sekaligus sebagai titik awal berdirinya Top Gear Performance berkat inisiasi yang dilakukan oleh Mr. Djanuar kepada Mr. Adri untuk kembali membuka usaha yang sejalan dengan hobby serta title yang dipegang setelah lulus kuliah.

16901711469_a3353b6265_o

“Dengan Adri saya lebih cocok. Sulit memang menentukan partner (usaha – Red.), kalau tidak sejalan, pasti nggak akan bertahan lama seperti (bengkel) yang lalu. Oleh karena itu, saya coba ajak Adri untuk kembali membuka workshop,” jelas Mr. Djanuar.

16900174948_447f606115_o

Inisiasi tersebut berlanjut dengan mencari lahan serta rencana pengajuan pinjaman ke bank. Namun ditengah-tengah perjalanan, Mr. Erwin yang merupakan adik dari Mr. Djanuar, memberikan jalan keluar dengan mengajak Mr. Danny Yuwono untuk bergabung dalam mendirikan workshop yang membuat keduanya tidak lagi perlu mengajukan pinjaman ke bank.

16900179688_e00e1b53b8_o

Setelah Mr. Djanuar menghubungi Mr. Danny untuk membahas mengenai rencananya dengan Mr. Adri, Mr. Djanuar pun lebih dulu ditantang oleh Mr. Danny untuk memperbaiki Porsche 911 miliknya. As predicted, Mr. Danny pun sangat puas dengan hasilnya, yang kemudian membuatnya merasa mantap untuk melanjutkan kerjasama untuk mendirikan Top Gear Performance dan menyediakan tempat untuk workshop yang terletak di daerah pergudangan di Alam Sutera, BSD.

16464107064_3029077f5b_o

Berhubung Mr. Djanuar sudah memproyeksikan pengerjaan restorasi yang akan memakan waktu lama, maka dirinya juga merasa harus ikut memikirkan desain bangunan serta isi dari workshop yang tentunya harus menunjang proses tersebut.

16467800563_2012df28e7_o

“Tempat ini tadinya merupakan gudang yang berisi barang-barang bekas restoran dan inventaris milik perusahaan Danny, tapi lalu kita sulap jadi seperti ini. Konsepnya lumayan mirip dengan workshop Alfaholics yang ada di Inggris,” jelas Mr. Djanuar. So it’s all about taste!

16900141688_10aa7f6426_o

Selama bolak-balik ke bengkel ini, gue memperhatikan kalau mobil yang digarap, mostly adalah buatan Eropa, especially Porsche. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar dalam benak gue, yang kemudian gue sampaikan ke Mr. Djanuar.

16900398540_b2e5f92ea8_o

“Sekarang realistis saja. Kalau melihat dari bentuk apresiasi, sepertinya mobil Eropa lebih dominan daripada mobil Jepang,” ungkap Mr. Djanuar. Tapi statement ini tidak dikunci begitu saja. Mr. Djanuar juga menjelaskan bahwa ada juga segelintir mobil produksi Jepang seperti Fairlady S30 atau GTR KPGC10 yang memiliki value lebih tinggi daripada mobil buatan Eropa. Meskipun begitu, Mr. Djanuar dan rekan-rekannya tetap memandang bahwa mobil buatan Eropa kerap lebih sering mendapat apresiasi yang lebih tinggi, terutama yang masuk ke dalam kategori classic car.

Lantas bagaimana dengan American made classics?

16900344420_7c5cc6c479_o

Menurut pendapat pribadi Mr. Djanuar, dari segi pengerjaan, mobil buatan Eropa lebih memiliki seni. Namun hal tersebut tidak lantas menutup kemungkinan bagi anda as an American classic car enthusiast yang ingin merestorasi kendaraannya di Top Gear Performace.

Basically, Top Gear Performance menerima seluruh jenis mobil untuk proses restorasi maupun maintenance. Namun berhubung workshop ini menspesialisasikan dirinya dalam bidang restorasi, jadi Top Gear Performance menuntut dedikasi yang tinggi dari owner yang mempercayakan mobilnya untuk menjalani proses restorasi, agar bisa sejalan dengan standar kualitas pengerjaan dari para founder-nya.

Karena proses restorasi yang sempurna terhadap mobil klasik Anda, adalah bagian dari visi dan misi dari Top Gear Performance.

Ok now let’s talk ’bout the quality of their work.

Menentukan parameter perihal kualitas pengerjaan, merupakan kunci dari sebuah workshop. Yes, dalam Top Gear Performance, top quality is the key. Dalam konteks restorasi, standar yang berlaku dalam Top Gear Performance, adalah mengembalikan kondisi mobil, setidaknya hingga mencapai kondisi layaknya brand new. Gue kasih contoh paling sederhana dari beberapa case yang ada di workshop ini. Ada sebuah Porsche 912 yang secara kasat mata terlihat perfect. Sangat sempurna bahkan. Hingga pada suatu titik, Mr. Djanuar menunjukkan kekurangan yang ada pada mobil tersebut.

Mau tahu apa yang kurang? Mr. Djanuar menunjukkan sejumlah ornamen dengan clip yang patah serta beberapa lipatan body yang tidak sesuai dengan standar pabrik. Instead of replacing the broken parts, owner dari mobil tersebut justru meminta Top Gear Performance untuk melakukan restorasi total terhadap mobil tersebut.

“Untuk parts yang perlu diganti, kalau masih bisa beli yang baru, pasti kita ganti dengan yang baru. Kalau tidak ada yang baru, kita cari sampai ketemu!”

Well, that’s what I call spirit!

Sebelum melanjutkan, gue mau menyampaikan sesuatu. Kalau hanya melihat dari foto-foto dan gambaran yang gue berikan di atas, tentu kalian akan menganggap bahwa pekerjaan restorasi yang dilakukan oleh Top Gear Performance hanya sebatas mengganti parts di workshop yang rapih ini saja. Bener nggak?

Well, you’re completely wrong!

16900682118_5d99ecd276_o

Beruntung, gue dan tim Goodrides diperbolehkan oleh Mr. Djanuar untuk mengunjungi “dapur kotor” milik Top Gear Performance yang terletak di Jawa Barat.

16900904160_f472edf462_o

This place is restricted to anyone except their customers. Jadi gue dan tim Goodrides merasa sangat tersanjung karena sudah diperbolehkan untuk mengunjungi tempat rahasia ini.

16465939574_d827906065_o

Tempat ini merupakan titik awal dari seluruh proses restorasi yang terjadi di Top Gear Performance.

16465951514_3a619b7c3f_o

“Buat apa melabur mobil dengan cat yang paling mahal, kalau bahannya (pelat dasar – Red.) tidak dalam kondisi sempurna,” tukas Mr. Djanuar.

16881006727_fe408dce70_o

Mungkin secara kasat mata, hal tersebut tidak terlihat. Namun saat dikendarai, biasanya kekurangan-kekurangan tersebut baru disadari. Oleh karena itu, as I mentioned to you guys before, tujuan akhir Top Gear Performance dalam menjalani proses restorasi, adalah totalitas di seluruh aspek, agar kendaraan tersebut benar-benar hidup kembali layaknya baru keluar dari pabrik.

17087709961_1e395ce08c_o

Selain itu, Mr. Djanuar dan Mr. Adri juga menghimbau agar classic car itu harus selalu rutin digunakan. Karena kalau statusnya hanya jadi pajangan di garasi, seringkali mobil tersebut justru mengalami kerusakan di sejumlah bagian. Contoh yang disampaikan oleh Mr. Adri, seperti kerusakan di sistem fuel line, electrical maupun engine secara overall.

16900680358_d4009de7ba_o

Gue masih ingat betul, ketika gue sering bolak-balik ke workshop Top Gear Performance, gue masih menggunakan E36 biru gue yang punya ground clearence serta jarak ban ke fender yang minim hingga membuatnya kerap bersentuhan saat suspensi bergerak dan menjadikan fender tersebut sedikit rusak. Ya, you know that kind of problems kan. Saat itulah, gue mendapat teguran dari Mr. Djanuar.

16900894700_48af48ea1d_o

“Dean, kayaknya sayang deh mobil kalau sampai rusak disengaja seperti itu. Sepertinya lebih baik ditinggikan sedikit,” ujar Mr. Djanuar.

16881035597_f9f957f6ef_o

Setelah gue pikir-pikir, ada benarnya juga. Having fun with your own car tidak selalu harus dikorelasikan dengan perilaku yang merusak, you have to consider it as disrespecting the car itself.

17086953912_560553182c_o

Walaupun gue sendiri bukan purist seperti the guy behind Top Gear Performance ini, tapi hal tersebut benar-benar menyadarkan gue untuk lebih menyayangi mobil dengan tidak merusaknya dengan sengaja seperti yang sebelumnya kerap gue lakukan.

16901709929_8272a348ab_o

Lanjut ke bagian engine yang dipegang oleh Mr. Adri. Sebelum menjalani proses rebuilt, Top Gear Performance selalu membersihkan seluruh komponen yang masih bisa dipakai dengan metode sand blast agar parts tersebut terlihat fresh dan bisa terlihat seimbang dengan parts lainnya yang masih berada dalam kondisi brand new.

“Yang paling unik sebetulnya ada di bagian finishing. Hunting parts-nya kadang lebih sulit dibanding body parts atau engine,” keluh Mr. Djanuar.

16881040547_bd6184f906_o

Namun jangan khawatir, mengingat Top Gear Performance punya kredibilitas yang sangat baik, bahkan di banyak negara lain, jadi workshop ini selalu mendapat prioritas dalam hal pemesanan barang kepada para rekanannya di seluruh dunia.

17062487966_3979a1ec4a_o

Ya nggak heran sih. Bayangkan saja, Top Gear Performance bahkan sudah melakukan proses restorasi total terhadap Porsche 356 dengan jumlah yang lebih dari jumlah jari tangan. Jadi, kredibilitas dari workshop ini tentu sudah tidak diragukan lagi.

16898799538_1277bae848_o

Selain kualitas pekerjaan yang selalu dijaga sempurna, kebersihan workshop serta mobil customer juga selalu diperhatikan di Top Gear Performance.

16466411243_4a830bde6d_o

Etos kerja seperti inilah yang belum banyak dijumpai di workshop di Indonesia. Meskipun begitu, dari mata gue yang masih orang Indonesia banget ini, standar milik Top Gear Performance bahkan terlalu tinggi dan kelewat steril. It is more like a hospital than a car workshop. LOL!

Contoh, setiap ada pergerakan, entah ada ataupun tidak ada jejak ban, lantai yang baru saja terlindas, pasti langsung di pel. Yes, the guys from Top Gear Performance memang segila itu tentang kebersihan.

FEATURE TOP GEAR PERFORMANCE

Kalau melihat mobil-mobil yang terparkir dalam workshop ini, gue yakin siapapun bisa menilai, bahwa ini memang workshop yang didekasikan untuk para purist.

Nggak ada yang namanya shortcut disini. Semua dikerjakan sesuai dengan prosedur yang sesuai dengan standar tinggi ala pabrik.

Semuanya totalitas. Nggak ada yang setengah-setengah.

It’s 100% or nothing at all.

Hal lain yang sangat berkesan buat gue adalah, either Mr. Djanuar ataupun Mr. Adri, keduanya selalu menjalani pekerjaannya -dalam hal ini melakukan restorasi mobil- dari dalam hati. Keduanya selalu memperlakukan mobil milik customer layaknya orang tua yang mengasuh anak kandungnya. Disayang dan dididik secara benar, sebagai langkah untuk mempersiapkan masa depannya agar bisa menghadapi segala rintangan hidup di masa depan.

So, whenever you claim yourself as a passionate person for cars. Think again.

 

BONUS IMAGES

17088454685_5a5cfccb0d_o

17087763071_4a0050c464_o

17088425855_327599778a_o

17087734011_d759e3ba66_o

17086908982_4dc94fd837_o

17086948632_95901325be_o

17062441036_f6833231e7_o

16881017337_488400722f_o

16900864770_4a083be1ef_o

16881031187_4d7c9d9b65_o

16881029407_fc312e50fb_o

16466013654_ebc19d5f59_o

16466007374_0ccf2b158c_o

16465946894_34077340fe_o

16899001660_6e41df9f3e_o

16900137408_70c63c8039_o

17086407702_c828ed9520_o

16901696059_17f6c12405_o

Comments

Loading Facebook Comments ...
What people say about this (2)

2 thoughts on “The Hand of Purist // Top Gear Performance

  1. “So, whenever you claim yourself as a passionate person for cars. Think again.”
    Luar biasa, bagaimana om Djanuar dan Om Adri memilih dan membentuk SDM hingga bisa mengikuti standard tinggi mereka. Salut.

Join The Conversation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading Disqus Comments ...