Perjalanan menuju tempat ini sebetulnya berawal ketika gue dan Eka yang sedang bertugas untuk meliput sebuah drift event di Kota Surabaya dua tahun lalu. Di saat ada waktu lengang, gue sempat bertanya kepada our goodfriends Eja dan Aldo yang kebetulan memang merupakan orang asli Surabaya mengenai keberadaan tuner-tuner setempat. Apalagi gue ingat kalau kedua teman kita ini dulunya sempat lumayan “dalam” main Honda di Surabaya.
Then I decided to throw some question to them that led us to meet this guy named Davick Aulia, the owner of Promobile Surabaya.
Sebelumnya Promobile sudah dikenal sebagai bengkel yang biasa melakukan tuning terhadap japanese sports car di Surabaya. Walaupun begitu, bukan berarti customer-nya hanya dari Surabaya saja. Berbagai customer dari Jakarta, Bandung, bahkan dari pulau Sumatera pun mempercayakan Davick either untuk merawat maupun melakukan research and development terhadap mobil kesayangan mereka. Oleh karena itu, niat gue dan Eka untuk berkunjung ke Promobile jadi semakin besar saat itu.
Setelah melakukan kontak singkat melalui telepon, akhirnya gue dan Eka berhasil mengarahkan diri dari hotel ke bengkelnya yang berada di daerah barat Surabaya. Lucunya kita sempat sedikit nyasar walaupun sudah mengandalkan google maps untuk mencapai daerah tersebut. Hahah!
Sesampainya di sana dan sebelum kita mengobrol lebih jauh tentang mobil, gue dan Eka malah langsung diajak lunch untuk mencicipi makanan khas Surabaya oleh pria ramah ini.
Tanpa berlama-lama, kita pergi ke sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari Promobile pilihan bebek goreng sebagai menu andalan mereka.
Perlu diingat, kita datang hanya bertiga pada siang hari itu. Namun Davick malah memutuskan untuk memesan 15 potong bebek dan 10 potong ayam.
Hal tersebut sukses membuat gue dan Eka sulit bernafas karena kekenyangan!
Setelah kelar urusan makan siang, kitapun kembali ke workshop milik Davick. Sesampainya di sana, guepun nggak sabar untuk melakukan eksplorasi terhadap mobil-mobil yang terparkir didalamnya serta melakukan interview terharap Davick.
Memang sih, waktu pintu bengkel dibuka gue terkejut saat melihat isinya yang didominasi dengan merek Honda dengan jenis yang langka di Indonesia.
“Sebetulnya gue nggak hanya suka Honda, tapi pada kenyataannya memang gue nyangkut dengan Honda karena paling gampang diutak-atik,” terang Davick yang surprisingly humble banget saat sesi interview di bengkelnya.
“Gue memulai semua ini dari tahun 2000, saat itu gue masih menjadi bengkel ‘rumahan’ sampai tahun 2005. Lalu bengkel ini gue kembangin terus sampai pada akhirnya gue putuskan untuk mengerucutkan customer yang gue handle pada tahun 2012,” lanjut Davick.
Nampaknya dengan jumlah customer harian yang membludak malah membuat Davick kewalahan dan merasa kurang bisa fokus dengan customer–customer yang ingin membangun mobil mereka secara spesifik.
“Selain itu, gue juga lebih tenang kalau kondisi bengkel kayak gini. Jadi benar-benar bisa fokus bekerja. Bangun mobil jadi lebih rapi, otomatis customer juga lebih seneng kan?”
Itulah alasan utama mengapa sekarang bengkel ini menjadi lebih kecil dan cenderung tersembunyi.
Berbicara mengenai koleksi Japanese Sports Car, Davick juga mengakui bahwa ini merupakan hobby sekaligus investasi yang sangat baik. “Gue sempat lumayan dapat pembelajaran pada jaman dahulu. Waktu itu gue bangun Estilo sudah habis hampir 400 juta. Dijual cuma laku 220 juta! Rugi banyak! Hahah! Sejak itu gue mikir, gimana caranya gue main mobil tapi jangan sampai rugi. Akhirnya gue putuskan untuk sekalian pilih platform mobil yang langka, seperti Civic EK9, Integra DC5, NSX, S2000 dan macam-macam lainnya. Nggak bakal rugi karena harga mobilnya sendiri sudah naik terus!” cerita Davick mengenai tips dan pengalaman yang sudah ia lalui.
“Tapi ya pilihan mobil selalu kembali ke customer kita lagi sih, sampai sekarang juga masih aja ada yang bangun Estilo gila-gilaan sampai habis ratusan juta,” jelas Davick.
Yes, it’s all about the passion!
Tapi kembali lagi, hampir seluruh mobil yang terparkir di bawah atap garasi ini merupakan bentuk nyata bahwa customer Davick didominasi oleh orang yang memiliki dedikasi tinggi terhadap mobil Honda yang mereka bangun.
Terutama untuk urusan performance upgrade dengan budget yang bisa dibilang unlimited.
Berhubung sudah banyak sekali pengerjaan engine swap, hal tersebut sudah menjadi urusan yang sangat mudah di bengkel ini. Anyways, mari gue ajak lihat sekeliling bengkel ini sejenak.
Hey, it’s not just a sticker.
It’s an Integra DB9 AWD.
Gue dan Eka diajak oleh Davick untuk ke gudang yang berada di belakang bengkel ini. Ternyata di situ gue malah menemukan salah satu mainan milik teman kita yang sengaja disembunyikan bertahun-tahun.
Yes, mobil ini milik Aldo ketika ia masih tinggal di Surabaya. It was boosted tho!
Tenang Do, nggak cuma lo kok, gue juga punya mainan sejenis yang gue telantarkan hingga hari ini :p
Para mekanik di Promobile juga sangat tekun dan nggak banyak bicara di sana. Sangat profesional.
A couple of K-swapped EK. Both are very fast!
Gue punya sedikit cerita dengan mobil ini, untuk cerita detail-nya akan gue ceritakan lebih lanjut dalam artikel lain mengenai mobil ini. 🙂
Kalau EK9 yang berwarna putih ini merupakan mobil pribadi milik Davick.
Yes, this one is the real Type R (EK9), oleh karena itu Davick juga meminta gue untuk memeriksa keabsahan dari mobilnya tersebut dengan menunjukkan beberapa perbedaan antara Type R dan non-Type R pada konstruksi bodi yang dimiliki. Interesting!
Berhubung Davick sangat suka dengan Doraemon, dirinya juga turut melakukan personalisasi terhadap engine valve cover milik K20A yang diambil dari DC5 Spoon ini.
Karena gue cukup penasaran dengan performa yang dimiliki mobil ini, saat itu Davick tanpa ragu memberikan kunci dan membiarkan gue mencicipi pocket rocket kesayangannya ini.
Gue kagum dengan hasil test drive terhadap EK9 putih ini, mesin racikan Spoon untuk Integra DC5 terbukti sangat bertenaga namun lucunya tersalurkan dengan sangat halus.
Let the picture say it all.
Berhubung Davick sangat menjunjung tinggi fungionalitas dari sebuah mobil, maka gue benar-benar sangat puas pada saat menjajal EK9 miliknya tanpa ragu. Jadi setup pada tiap mobil miliknya harus bisa diajak kemanapun. Ya nggak se ekstrim SUV yang bisa dibawa kemanapun, namun kalian tau maksudnya kan, dia sangat nggak suka mobil yang suka nyangkut-nyangkut karena ride height yang terlalu rendah. LOL!
Sulit memang untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Namun pada kenyataannya mobil ini berbeda dengan Civic-Civic bermensin K20A lainnya yang pernah gue coba. It’s literally smooth yet powerful!
Ok, kembali ke urusan bengkel, nampaknya untuk urusan performance upgrades memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Uniknya, seperti yang gue mention di atas bahwa customer Davick juga rata-rata memiliki pemahaman yang sejalan dengannya. Berbicara mengenai dedikasi, tak hanya sebatas melakukan engine swap, tapi mobil secara keseluruhan juga tak luput dari upgrade mulai dari suspensi, rem, hingga interior.
Apakah customer Davick juga menggunakannya untuk balap?
Ya! Davick juga memberikan racing support kepada para customer nya yang ingin terjun balap.
Ok cukup berbicara mengenai performance upgrade yang berlebihan, ternyata Davick juga menerima customer seperti Civic Estilo berwarna putih ini.
Pemilik mobil ini sepakat untuk melakukan konversi dari Civic SR3 menjadi Civic EG6 mulai dari mesin B16A, interior, kaki-kaki, semuanya!
Ini merupakan salah satu contoh juga bahwa Davick juga melakukan restorasi yang proper sesuai dengan kemauan customernya. Namun, untuk urusan painting atau bodywork tidak ia kerjakan di bengkel ini, melainkan ia akan melempar pekerjaan tersebut ke rekanannya.
Gue cukup kagum dengan hasil pekerjaanya.
Seperti yang gue mention di atas bahwa Davick merupakan seorang Japanese sports car enthusiast yang jatuh cinta dengan produk keluaran Honda, ternyata koleksi mobil sport jepangnya tidak hanya merek Honda saja.
Kalau kalian datang ke Speed Matsuri bulan Desember lalu, kalian pasti memergoki dirinya dengan Evolution IX wagon berwarna hitam. Ya, itu hanya salah satu dari sekian mobil yang ia miliki.
Dan tidak hanya itu, masih banyak segudang informasi yang gue raih dari pria ramah ini mengenai Japanese sports car yang dirinya simpan di Malang.
Tak sadar cukup lama gue menghabiskan waktu di sana untuk berdiskusi dengan pria ramah dan tidak pelit ilmu ini.
Dengan bergantinya hari menjadi malam, gue dan Eka memutuskan untuk kembali ke hotel karena esok hari masih ada event yang harus kita liput.
Lagi-lagi berhubung Davick sangat baik orangnya, saat gue hendak memesan taksi untuk pulang dirinya langsung meminta gue untuk membatalkan pesanan dan ia langsung mengeluarkan FN2 miliknya untuk mengantar gue dan Eka kembali ke hotel.
Thank you mas Davick untuk kesempatan hari ini mulai dari mencicipi berbagai mobil yang ada di sana, berbagi pengetahuan baru, dan juga sharing cerita-cerita seru lainnya padahal kita baru kenal hari itu.
Thanks for the hospitality, See you again next time! 😀
BONUS IMAGES
Comments