Saat ini, karakter seorang car enthusiast yang tidak turun tangan sendiri untuk melakukan berbagai pekerjaan teknis, sepertinya sudah menjadi pemandangan yang cukup lumrah. Tapi gue nggak mau munafik, karena gue juga masih sering mengandalkan jasa orang lain untuk mengutak-atik mobil kesayangan gue. Meskipun begitu, setelah gue pikir-pikir, perilaku ini tercipta, salah satunya mungkin disebabkan oleh pembebanan labor fee di negara kita yang sangat murah, jauh di bawah negara-negara maju lainnya.
Oleh karena itu, alih-alih membuang biaya yang besar, kebanyakan car enthusiast di luar negeri lebih memilih untuk membeli tools dan mengerjakan segalanya di garasi pribadi dengan tangannya sendiri. Uniknya, perilaku inilah yang dicontoh oleh Hendranata Salim, owner dari Volkswagen Golf GTI generasi ke 5 yang kerap mengerjakan segala sesuatunya dengan kedua tangannya sendiri.
Back in ’94~98, ketika Hendra, panggilan akrab pria ramah ini, masih menjalankan studi di Amerika Serikat, dirinya mengaku kalau teman-teman disekitarnya banyak yang “main” mobil. Then he decided to bought an Integra. So that, he can play with them too. Berhubung Hendra tidak ingin orang tuanya tau kalau ia punya mainan baru, maka secara sembunyi-sembunyi, dirinya mulai melakukan personalisasi terhadap DC2 miliknya itu. Dengan perbekalan pengetahuan yang masih terbatas pada saat itu, personalisasi yang dilakukan oleh Hendra pun mengacu kepada majalah dan forum. Hal ini juga dilakukan untuk mempermudah pemilihan parts serta pengerjaannya.
“Karena labor cost di sana sangat mahal, jadi mau nggak mau saya harus belajar pasang segala sesuatunya sendiri. Jaman dulu beda sama jaman sekarang, dimana saat orang ingin melakukan DIY (Do It Yourself), mereka bisa melihat video tutorialnya di Youtube. Sementara, saat itu, saya hanya bisa mengandalkan forum yang berisi sharing tentang tata cara bongkar-pasang ini itu. Kalau itu nggak berhasil, nggak jarang saya harus sampai mengandalkan manual book,” kenang Hendra. Proses inilah yang kemudian membuat Hendra semakin terbiasa melakukan bongkar-pasang dengan tangannya sendiri.
Kebiasaan inilah yang terbawa hingga hari ini, dimana segala ubahan yang kalian lihat terhadap Golf miliknya, adalah merupakan hasil karya dari tangannya sendiri. Mobil yang dibeli dalam kondisi brand new enam tahun silam ini dinilai sebagai salah satu varian dari Volkswagen yang paling sukses. Dengan design unik serta mesin yang tangguh, Hendra merasa mobil ini sangat cocok untuk memenuhi hasratnya sebagai pecinta kecepatan serta menjadi bahan eksperimen yang tepat, mengingat mobil ini memiliki pilihan aftermarket parts yang melimpah.
Tuning friendly! Yes that’s the best words to describe a Golf GTI MK V. Walaupun kebanyakan parts tidak tersedia di dalam negeri, namun hal tersebut tidak mematahkan semangat Hendra untuk memulai proses personalisasi terhadap mobil kesayangannya ini.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Hendra adalah melakukan tweak pada sektor performa. “Saat odometer baru akan menyentuh 1,000 KM, saya sudah merasa nggak sabar untuk melakukan upgrade terhadap mesin mobil ini,” ungkap Hendra.
Hendra mengaku tidak ingin melakukan lonjakan yang drastis dalam proses peningkatan performa. Oleh karena itu, dalam dua tahun perjalanannya, ada tiga tahap yang dilalui oleh Hendra untuk meningkatkan tenaga pocket rocket ini. Langkah pertama adalah mengganti air intake keluaran K&N serta proses re-map terhadap ECU bawaan dengan menggunakan Bluefin keluaran Superchips. Langkah ini membuat output meningkat hingga 250 hp, jauh di atas output standar yang hanya mencetak angka 197 hp.
Proses upgrade selanjutnya dilakukan Hendra dengan mengganti turboback exhaust keluaran Awe Tuning serta melakukan update terhadap ECU yang sudah di re-map. Hasilnya, output mesin Golf berwarna hitam ini naik sebanyak 35 hp. Namun, di titik ini Hendra menemukan masalah atas segala ubahannya. “Setelah saya melakukan upgrade yang kedua, perangkat turbo justru terasa kehabisan nafas di 5000 rpm dan boost-nya drop dari 1,4 ke 0,9 bar,” tukasnya.
“Setelah ditelusuri, permasalahan terjadi pada badan turbo bawaan pabrik yang berbentuk bottle neck,” terang Hendra. Oleh karena itu, Hendra kembali melakukan upgrade dengan mengganti turbo bawaan Golf GTI MKV dengan tipe K04 yang merupakan turbo bawaan Scirocco R. Untungnya, langkah yang dilakukan Hendra ini dipermudah oleh ketersiadaan upgrade kit keluaran Awe Tuning yang menjadikan proses penggantian turbo menjadi lebih mudah. “Saya lebih memilih untuk pakai K04 dengan alasan driveabilty yang menurut saya lebih cocok untuk daily use car. Karakter turbo yang nggak laggy menurut saya sangat cocok, mengingat K04 sudah bisa full boost dari 2,000 rpm, all the way to redline,” ungkapnya.
Meskipun begitu, penggantian turbo tentu menuntut rentetan ubahan pada komponen lainnya. Karena itu, Hendra juga turut melakukan upgrade di sektor pasokan bensin, pengapian serta pendingin dengan memasang coil pack milik Audi R8, injector dari Audi S3, fuel pump buatan Loba serta intercooler yang memiliki ukuran lebih besar keluaran Eurojet untuk memaksimalkan kerja mesin.
You know what, langkah upgrade paling akhir ini justru menimbulkan draw back bagi Hendra. “Sejak sampai di stage 3 ini, mobil malah jadi terlalu banyak spin. Mungkin karena overpower,” keluh Hendra
Then he took another action.
“Saya memutuskan untuk memasang Helical LSD (Limited Slip Differential) keluaran Peloquin. Tapi untuk masangnya, nggak semudah itu,” kenang Hendra. Untuk memasang LSD tersebut, Hendra harus merusak baut milik differential case bawaan yang sudah di las mati oleh pabrik. Dengan sangat hati-hati, Hendra melepas seluruh baut tersebut dengan cara dibor secara perlahan. Setelah LSD terpasang, seluruh baut kemudian diganti dengan komponen baru yang kemudian diberi sealent agar kembali rapat.
Selesai sudah segala permasalahan performance upgrade. Lantas, bagaimana dengan personalisasi yang dilakukan oleh Hendra terhadap sektor appearance dari hatchback ini?
Interior, which completely changed!
Mulai dari sepasang GOLF R MK VI Recaro Motorsport seat yang dapat dipasang secara plug and play di Golf ini. FYI, sepasang seat ini hanya bisa dibeli jika Anda membeli Golf R, lalu memesan upgrading optional dari pihak VW. Luckily, Hendra berhasil mendapatkannya dari seseorang di Jerman yang hendak menggunakan Golf MK VI nya untuk turun di ajang balap. However, penjualnya enggan untuk mengirim jok ini keluar negeri. Berhubung takut kehilangan kesempatan emas, Hendra dengan gelap mata mengirimkan uang untuk melunasi sepasang jok tersebut. Lantas, bagaimana cara membawa jok ini pulang ke Indonesia? “Setahun kemudian, saya meminta tolong kepada kakak saya untuk membawa jok ini pulang ke Indonesia,” kekeh Hendra.
Ada yang tidak kalah menarik. Shift knob yang bentuknya menyerupai bola Golf ini diproduksi terbatas sebanyak 35 pieces saja. Untuk yang satu ini, komponen yang dimaksud merupakan shift knob produksi ke 30 dari 35 unit Edition35 Golf-ball DSG shifter yang pernah dibuat.
“Saya suka retrofitting. Jadi, proses trial and error seperti pengaplikasian barang-barang milik Golf MK VI atau coding pada sistem elektronik supaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seluruhnya saya lakukan sendiri,” ungkap Hendra.
Seperti steering wheel,
head unit dan Climatronic Control,
power window switch,
hingga headlamp switch yang semuanya berasal dari Golf MK VI.
Look at this cool stuff. This rear camera also came from Golf MK VI.
Untuk memudahkan Hendra dalam melintasi kota Surabaya dengan kondisi jalanan yang tidak selalu mulus, dirinya memutuskan untuk menggunakan air suspension keluaran Airlift Performance yang dipadu dengan AccuAir sebagai management-nya.
Setup ini seluruhnya dikerjakan sendiri oleh Hendra.
Hanya saja untuk finishing kayu yang juga meliputi box audio ini, dirinya dibantu oleh Global Audio selaku workshop yang dipercayakan oleh Hendra.
Eksterior merupakan bagian yang terakhir dikerjakan oleh Hendra.
Karena ingin terlihat simple, Hendra hanya menambahkan add-on lip keluaran Vortex di bagian depan.
Begitu juga dengan side skirt.
Dan rear wing.
Lalu pada bagian bumper belakang, Hendra lebih suka dengan tampilan ala Golf R lewat pengaplikasian difusser serta dua muffler di bagian tengah.
Somehow gue suka banget dengan keputusan Hendra untuk menggunakan velg ini, yaitu satu set directional Watercooled Industry (WCI) MT-10 dengan spesifikasi 18×9 pada bagian depan dan 18×10 pada bagian belakang.
Yang membuat tampilan mobil berwarna hitam ini terlihat stand out, adalah pemilihan custom finishing berwarna translucent gold yang dipadu dengan chrome lip.
“Dulu sudah pernah pakai BBS LM-R, lalu ganti dengan CCW Classic. Tapi kayaknya terlalu mainstream. Makanya saya pakai velg ini. Lagipula nama “watercooled” juga identik dengan VW,” jelas Hendra.
Secara keseluruhan, gue juga sangat setuju dengan statement yang ditumpahkan oleh Hendra melalui license plate ini.
Yup, sejauh ini gue masih menganggap bahwa mobil ini merupakan the best GTI I’ve ever seen with my own eyes.
Huge respect to you.
To the man who built his own car with every single risk.
With his own hands!
Comments