Close X FEATURE IMAGE MR 58

Not Trying to Impress Anyone But Himself // Mitsubishi Lancer Evolution IX CT9A

It’s been a while since our last feature. Kebetulan, mobil yang masuk ke segmen “Goodrides” kali ini adalah mobil milik sahabat gue sejak gue masih duduk di bangku SMA. Well, I’m sure that some of you guys may know him. Tapi berhubung sohib gue ini orangnya agak sedikit tertutup, jadi dia meminta gue untuk tidak mempublikasikan namanya di dalam artikel ini. With that said, we can just call him Mr. 58.

Now, here’s the story.

Sejak belia, Mitsubishi Lancer Evolution memang sudah muncul sebagai salah satu sosok mobil impian bagi Mr. 58. Meskipun saat masih duduk di bangku SMP, dirinya sudah sempat memiliki sebuah unit Mitsubishi Lancer Evoulution IV. Namun karena alasan tertentu, mobil tersebut hanya bertahan selama dua hari di dalam garasinya. Setelah lama berselang, dirinya pun kembali meminang sebuah Lancer Evolution VII. Tapi, lagi-lagi mobil tersebut hanya singgah sesaat di garasi Mr. 58. “Mobil itu cuma bertahan 3 hari di garasi gue, karena setelah gue cek, surat-surat milik Evo VII itu justru tertulis sebagai Evo VI,” kenang Mr. 58. Setelah itu,  Mr. 58 pun tidak patah arang dan kembali menunggu kesempatan lainnya untuk meminang generasi Lancer Evolution lainnya.

Back in 2004, that was our first met in high school. Saat itu, dia belum berhasil mendapatkan mobil impiannya. Instead owning an Evo, saat itu Mr.58 justru menjatuhkan pilihannya kepada rival dari mobil impiannya tersebut, yaitu sebuah Subaru GDB yang saat itu ia gunakan sebagai daily car.

Luckily, dua tahun kemudian, Mr. 58 akhirnya berhasil mendapatkan mobil impiannya. Later that year, he bought this CT9A in brand new condition.

Hari demi haripun dilalui oleh Mr. 58 dengan mobil ini. Hingga suatu hari, Mr. 58 pun mulai merasa tenaga yang dihasilkan oleh mobil ini tidak cukup untuk memenuhi kepuasan dirinya sebagai adrenaline junkie.

“Ternyata dalam keadaan standar, Evo ini nggak bisa fulfill kebutuhan yang gue mau tentang kecepatan!” tegas Mr. 58.

Lalu langkah apa yang ia lakukan untuk memenuhi hasratnya?

“Berhubung saat itu gue belum percaya dengan bengkel lokal untuk ngutak-atik mobil ini, jadi gue memutuskan untuk mempercayakan proses upgrade mobil gue ke Lester dari Garage R Singapore,” kenang Mr. 58

Lantas langkah upgrade apa saja yang dilakukan oleh Garage R terhadap CT9A ini?

Seluruh parts dengan label HKS (kecuali internal mesin) you name it! Semua terpasang di mobil ini.

Even engine mangement system-nya pun menggunakan F con V Pro dari merek yang sama.

Talkin’ about serious tuned engine, now you gotta see how they deal with the rest of the tuning packages.

They replace the stock suspension with HKS Hypermax type 3 coilovers. So does the front braking system, they also put the high-end parts with 6-pot brake kit from HKS. Anyways, did you found something wrong with the picture above?

Yes! You can’t read anything on its tire sidewalls. Seperti yang gue mention di awal artikel ini, Mr. 58 memang nggak pengen terlalu mengumbar spesifikasi mobilnya. Karena itu, spesifikasi ban yang digunakan untuk membalut Enkei RPF1 18×9,5″ ini memang sengaja dihilangkan. Mengapa demikian? “Gue cuman nggak pengen orang liat merek dan spek ban gue aja sih. LOL!” jelas Mr. 58. Lay low at its best!

Untuk mengemudikan mobil sekencang ini, Mr. 58 merasa sport seat bawaan CT9A sudah kurang nyaman untuk menahan badannya yang memang berukuran agak bongsor pada saat menikung. Oleh karena itu, pria irit senyum ini mengganti jok pada sisi pengemudi dengan bucket seat buatan Buddy Club P-1 Limited Edition. Mengapa hanya driver side saja? “Yah, gue kan lebih sering memacu mobil ini sendirian. Apalagi saat gue pakai di sirkuit, pasti gue sendirian. Jadi passenger side nggak perlu diganti,” tukasnya.

Sesuai dengan kebutuhan. Yes, itu yang selalu menjadi acuan Mr. 58. Seluruh tahap personalisasi yang dilakukannya bisa dibilang tidak ada yang mengganggu kenikmatan berkendara. Karena yang gue tahu, dari dulu Mr. 58 selalu tidak mau direpotkan dengan mobil yang tidak bisa dinikmati. Well, kali ini kita berbicara dalam konteks menikmati mobil dengan memacunya hingga mencapai limit.

Untuk itu, segala indikator tambahan yang memenuhi cockpit pun juga disesuaikan dengan kebutuhan untuk memonitor kinerja mesin berkode 4G63 miliknya yang legendaris.

Berbicara mengenai hubungan antara Mr. 58 dengan Evo berwarna biru ini, mungkin kalian akan mengira “Ah, mobilnya jarang dipakai. It’s a garage queen! Lihat! Odometernya aja cuma 16k!”

Wait, let me explain to you guys. Angka pada odometer tersebut tidak berarti bahwa mobil ini banyak dimanja dengan didiamkan saja di dalam garasi, atau hanya digunakan sesekali untuk keluar melakukan perawatan ke detailing shop. No. It’s not like that.

Semenjak mengalami upgrade, mobil ini justru hanya keluar garasi untuk “disiksa”. I repeat, mobil ini hanya digunakan oleh Mr. 58 untuk disiksa secara maksimal. Hal tersebut biasanya dilampiaskan dengan dua cara, antara dipacu hingga limit di jalan bebas hambatan atau “having fun” di sirkuit. I was sitting on the passenger side back in the days, ketika Mr. 58 randomly ke garasi dan bilang “Yuk An, temenin gue manasin mobil.”

Lalu, apa yang terjadi? He can easily reach 240km/h very quick. Jadi, bisa dipastikan kalian nggak akan lihat mobil ini mejeng di mall atau tempat hangout lainnya. Unless, Mr. 58 memutuskan untuk mampir sebentar setelah melakukan dua aktivitas yang disebutkan di atas, sebelum kemudian mengembalikannya ke dalam garasi.

Selain itu, Mr. 58 memang nggak pengen orang lain melihat mobil ini di jalan terlalu sering. “Biar orang penasaran. Hehehe,” canda Mr. 58.

Mengulas personalisasi yang dilakukan oleh Mr. 58 secara general, gue melihat dirinya memang bukanlah seorang car enthusiast yang mengikuti trend seperti kebanyakan orang. Diluar perfomance upgrade packages yang sudah teraplikasi di mobil ini, seluruh tambahan yang ia beli benar-benar menunjukkan his personal taste. Not trying to attract everyone but himself. 

“Gue nggak butuh aero-kit berlebihan karena mobil ini memang belum butuh.”

“Gue juga nggak butuh spesifikasi velg yang terlalu agresif, karena nantinya pasti akan nggak enak dipakai. Semua tambahan yang gue aplikasikan di mobil ini gue lakukan secara satu persatu.”

“Dulunya, mobil ini gue pakai setiap hari, jadi gue tahu apa saja kekurangannya. Dari situ, baru gue pikirin, bagian masa saja yang perlu di-upgrade. Jadi menurut gue, kita nggak perlu bikin mobil fully tuned secara langsung tapi berlebihan. Yang paling penting, sesuai dengan kebutuhan aja,” ungkap Mr. 58.

Guess what! Sejak pertama kali melakukan upgrade hingga hari ini, Mr. 58 mengaku hanya melakukan service rutin seperti ganti oli dan filter-filter. Sisanya, seluruh parts yang terpasang belum ada yang rusak. Mengingat gue tahu bagaimana Mr. 58 memperlakukan mobil ini, jadi gue cukup takjub dengan durabilty-nya.

It’s unbreakable, son!

It’s been 9 years now, and he still making a lot of story with this car. He also told me that one day he will give this Evo to his son and keeping it until the day he die.

Respect!

 

Comments

Loading Facebook Comments ...
What people say about this (1)

One thought on “Not Trying to Impress Anyone But Himself // Mitsubishi Lancer Evolution IX CT9A

Join The Conversation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading Disqus Comments ...