Toyota 86 bisa dibilang menjadi sports car yang menjamur di Indonesia dengan cepat selama 3 tahun belakangan ini. Tanpa disadari, sejak pertama kali diluncurkan hingga hari ini sudah cukup banyak unit yang telah melalui proses personalisasi bervariasi mulai dari yang sifatnya light mod hingga tingkat advanced seperti urusan rubah bentuk body maupun engine swap.
Today, I’m gonna tell you a story from our good friend Ramadhan Dwiputra or known as Dhandan with his white 86.
Dhandan merupakan seorang speed freak. Hal tersebut bisa dilihat dari masa remaja dirinya yang dipenuhi kegiatan-kegiatan berbau kecepatan dengan menggunakan Corolla yang sudah melalui proses tuning yang cukup serius. Namun tidak hanya sebatas roda empat, dirinya juga berkutat dengan roda dua. “Gue dulu main motor juga, pakai Kawasaki ZX-6R yang pada akhirnya malah membawa petaka buat gue,” kenang Dhandan sambil terkekeh-kekeh.
Walaupun Dhandan nggak mengizinkan gue untuk menceritakan kejadian apa yang menimpa dirinya dengan motor kesayangannya tersebut, but y’all better believe me! This guy is surely nuts!
So now let’s talk about the relationship between Dhandan and Corolla.
“Dulu mobil pertama gue Corolla AE101. Gue pakai sampai bertahun-tahun yang pada akhirnya menjadi teman sehari-hari gue. Eversince, gue jadi punya obsesi tersendiri dengan Toyota Corolla, especially AE86,” kurang lebih seperti itu cerita awal dalam sesi wawancara gue dengan Dhandan.
Walaupun Dhandan mengendarai A101 pada masa itu, entah mengapa dia sangat mengidolakan ancestor-nya yaitu Corolla AE86 yang merupakan varian Corolla terakhir dengan layout penggerak roda belakang. Namun, karena begitu sulitnya mendapatkan unit AE86 di dalam negeri membuat Dhandan jadi sedikit mengurangi niatnya untuk meminang mobil tersebut.
Sedikit flashback pada tahun 2011 disaat Dhandan sedang pergi ke Jepang, ia melihat dalam sebuah majalah ada sebuah sosok mobil konsep dengan nama Future Toyota 86 (known as FT86) yang diperkenalkan sebagai reinkarnasi dari AE86. Sejak saat itulah Dhandan langsung merubah mindset-nya dan segera menunggu hingga mobil reinkarnasi AE86 ini beredar di pasar dan tentunya di Indonesia.
Selama setahun Dhandan menanti, akhirnya varian dari Toyota 86 pun di-release di Jakarta. Tanpa berlama-lama Dhandan-pun langsung melakukan pemesanan. “Gue inget betul waktu itu gue pesan di Bulan September 2012 dan dijanjikan akan datang dalam waktu 3 bulan. Berhubung Corolla gue dulu warnanya Biru, gue mau pesan yang biru lagi dengan transmisi manual,” kenang Dhandan.
Lucunya, pada saat itu Dhandan turut membeli sejumlah parts seperti velg, ban, dan juga coilover walaupun mobil masih dalam belum tiba di garasi rumahnya.
Sayangnya ekspektasi berbanding terbalik dengan kenyataan. Dhandan yang awalnya dijanjikan dalam waktu tiga bulan mobil pesanannya akan datang, pada akhir Desember dirinya malah dihadapi dengan kenyataan bahwa unit yang dipesan tidak ada. Sebagai gantinya, pihak showroom ditempat Dhandan memesan telah menyediakan unit dengan warna yang sama namun bertransmisi otomatis.
Sontak Dhandan mengutarakan kekesalannya dan berakhir dengan pengembalian uang oleh pihak showroom. Namun dirinya tidak tinggal diam sampai di sini saja, Dhandan pun kembali berusaha mencari ke showroom cabang lain untuk mendapatkan varian yang ia inginkan.
“Berhubung udah kesal dan udah pengen banget punya, waktu itu gue jadi nyari berdasarkan transmisi yang gue mau aja. Apapun warnanya gue sikat!” tegas Dhandan.
Akhirnya pada Januari 2013 Dhandan mendapatkan unit terakhir yang ada di Jakarta dengan warna putih seperti yang kalian bisa lihat pada laman website ini. Setibanya mobil di garasi rumah, Dhandan-pun tidak diam sampai di sini saja. Berbagai referensi yang sesuai dengan kebutuhan for both daily and track purpose terus dicari oleh Dhandan.
Under the hood, Dhandan masih mempercayakan kondisi mesin standarnya. Demi mengincar unsur fun serta peralihan dari mobil hariannya yang berlayout penggerak roda depan menjadi belakang seperti sekarang ini membuat Dhandan ingin membatasi performa milik mobil ini. Hanya sebatas penggantian air filter dan intake manifold dengan produk keluaran HKS, lightweight pulley-set, high-temp hose keluaran SamcoSport, hingga catback exhaust keluaran Tanabe dan juga equal exhaust manifold keluaran HKS untuk sistem pembuangan.
Walaupun urusan tenaga masih tergolong biasa saja, namun Dhandan nggak mau setengah-setengah untuk memberikan improvement pada sektor handling. “Karena memang niatnya gue mau pakai buat masuk sirkuit juga, jadi gue ganti shock absorber dengan coilover Sustec Pro Z40 keluaran Tanabe.”
“Terus velg juga diganti yang ukurannya lebih pas dan nggak berlebihan untuk bodi standar mobil ini. Gue ganti dengan Rays Gramlights 57xtreme berukusan 18×8,5 untuk bagian depan dan 18×9,5 untuk bagian belakang. Nah, untuk urusan grip gue ngerasa tanggung kalo pakai ban yang biasa-biasa aja. Jadinya gue pakai Yokohama Advan Neova AD08R supaya lebih lengket untuk menjaga traksi mobil,” jelas Dhandan.
Talking bout track prep, braking system bawaan mobil juga turut dioptimalkan. Langkah yang diambil Dhandan adalah dengan mengganti brakepad keluaran Dixcel Z dan juga braided brake line keluaran Goodrich.
So does the tow strap just in case he need some hands on the track.
Urusan kenyamanan berkemudi untuk masuk ke dalam sirkuit juga menjadi perhatian Dhandan. Oleh karena itu dia mengganti stock driver side seat dengan bucket seat dengan Bride Low Max supaya tubuhnya nggak pergi kemana-mana saat melakukan high speed cornering.
Somehow penggantian steering wheel bawaan mobil dengan Nardi yang dia beli langsung dari Jepang ini terasa sangat match dengan interior bawaan 86. Mungkin karena red sticthing yang diusung oleh setir berdiameter 330mm ini.
Untuk bagian eksterior kayaknya nggak menjadi sesuatu yang penting bagi Dhandan. Secara dirinya lebih mempersiapkan mobil yang track ready, jadi penggunaan lip depan keluaran ChargeSpeed dan juga ducktail keluaran TRD yang sekarang sudah langka ini dirasa cukup untuk mempermanis penampilan mobilnya.
Walaupun dengan alasan masih beradaptasi dengan sistem penggerak roda belakang, tapi kita yakin setelah 3 tahun digunakan sekarang dirinya sudah 100% bisa mengontrol mobil ini dengan baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa event goodrides di Sentul yang selalu diikuti oleh Dhandan, he already proving it that he surely can drive!
Dan ternyata untuk saat ini saja Dhandan sudah mempersiapkan langkah lanjut untuk improvement di bagian performance. “Gue udah siapin mesin 3,0L inline six turbo keluaran Toyota juga sebagai pengganti mesin Boxer ini. Tunggu tanggal mainnya aja ya!” tutup Dhandan dalam sesi interview.
So what will he gonna do after this? I bet you can guessed it, right?
As wild as he is.
One thought on “Wild Kid // Toyota 86 (ZN6)”