Love at the first sight.
Kata itulah yang pertama kali terlintas di benak gue untuk dijadikan sebagai judul untuk artikel ini. Tapi setelah lebih mendalami cerita dibalik mobil ini dari sang owner, gue justru tahu bahwa hubungan antara sang owner dan mobil miliknya justru jauh lebih dalam dari kata tersebut di atas.
So, let’s hear more about the story behind Mr. Djanuar Djohansjah’s 1970 Alfa Romeo 2000 GTV. Shall we?
Back in the days when he was still a teenager, Mr. Djanuar owns a Suzuki Jimny. Namun seiring berjalannya waktu, ketika ia mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi, Mr. Djanuar memiliki tendensi yang sangat tinggi untuk meminang sebuah VW Golf GTI MK I. Mungkin dengan alasan stepping up his game, apalagi berganti dari sebuah Jimny ke European hot hatch pada zamannya, langkah ini tentu bisa dianggap sebagai sebuah batu lompatan yang tinggi.
Long story short, Mr. Djanuar akhirnya berhasil mendapatkan mobil impiannya, sebuah VW Golf GTI MK I. Sebagai seorang car enthusiast, mobil kebanggannya itupun digunakannya sebagai daily driven car. Meskipun begitu, relationship manis yang sudah terjalin antara Mr. Djanuar dengan hot hatch miliknya inipun akhirnya harus berakhir. Tapi, hal ini tidaklah terjadi atas alasan yang buruk. Instead, Mr. Djanuar justru ingin kembali “naik kelas”, dengan mengincar sebuah mobil buatan Italia, bernama Alfa Romeo.
“Dulu saya sering bolak-balik Jakarta-Bandung, karena saya kuliah di Trisakti, Jakarta. Sementara rumah orang tua saya ada di Bandung. Kebetulan, saat itu saya punya teman baik bernama Adri, yang kini menjadi partner saya di Top Gear Performance. Berhubung kita berdua kuliah di fakultas yang sama dan rumah orang tua kami sama-sama ada di Bandung, jadi saya sering numpang dengan mobil milik Adri ke Bandung,” kenang Mr. Djanuar.
Pengalaman inilah yang menjadi titik balik bagi Mr. Djanuar, hingga membuat dirinya merasa jatuh cinta kepada Alfa Romeo.
“Mobil Adri waktu itu Alfa Romeo GTV, persis sama seperti ini. Jujur saja, waktu tempuh yang dihasilkan antara VW Golf saya dengan Alfa milik Adri beda jauh, saat keduanya sama-sama digunakan untuk pulang ke Bandung. Selain itu, keduanya juga punya performa yang terpaut jauh. Hal ini terbukti saat di suatu hari, Adri meminta saya untuk melihat jarum speedometer mobil miliknya. Saya ingat betul, saat itu Adri sedang melenggang dengan kecepatan 80 km/jam, lalu Adri memacunya hingga mencapai kecepatan 220 km/jam di tol Jagorawi. Sejak saat itu pula, saya merasa harus memiliki mobil seperti Adri (Alfa Romeo GTV – Red.) secepatnya!” tukas Mr. Djanuar.
“Impressive!” Itulah ungkapan yang diucapkan oleh Mr. Djanuar, terkait dengan pengalaman tak terlupakan yang dialaminya dengan Alfa Romeo GTV milik Mr. Adri. Tanpa basa-basi, Mr. Djanuar pun segera melakukan pencarian terhadap mobil yang dimaksud, untuk kemudian dipinang. Unfortunately, seperti yang diketahui, populasi mobil ini terhitung sangat langka, hingga akhirnya sempat membuat Mr. Djanuar merasa patah arang. Namun kesabaran Mr. Djanuar pun berbuah manis. Pucuk dicinta, ulam tiba. Mr. Djanuar pun memperoleh informasi dari Mr. Adri, bahwa teman baiknya berniat menjual Alfa Romeo 2000 GTV miliknya karena harus berpindah negara.
Setelah melakukan pengecekan terhadap keabsahan surat dari mobil yang diimpor masuk ke Indonesia pada tahun 1971 ini, Mr. Djanuar pun tak menyia-nyiakan kesempatan yang hadir di depan matanya tersebut dengan langsung meminangnya. “Saat masih dipegang Andreas (pemilik sebelumnya – Red), mobil ini berwarna gold. Berhubung saya kurang suka sama warnanya, jadi saya langsung memutuskan untuk merubah warna mobil ini. Saat itu, saya memilih untuk melaburnya dengan warna Ferrari Red, atau lebih spesifiknya, Rosso Red, ” jelas pria humble ini.
Tidak hanya melabur ulang, Mr. Djanuar pun turut melakukan proses restorasi terhadap mobil impiannya ini dengan memperbaiki seluruh bagian body shell yang sudah dideteksi terjangkit karat. Selain itu, pria perfeksionis ini juga turut menjalani proses rebuilt terhadap mesin berkonfigurasi empat silinder dengan kapasitas dua liter yang menjadi bawaan mobil tersebut. Sebagai pelengkap, Mr. Djanuar juga turut memperbaharui berbagai accesories parts dengan menentengnya langsung dari Singapura. “Populasi mobil ini terhitung cukup banyak di Singapore. Nggak seperti di sini, yang setahu saya hanya berjumlah sekitar 20 unit. Saat itu, saya bahkan banyak meminta bantuan ibu saya untuk membeli berbagai spare parts di sana dan membawanya ke Indonesia melalui udara,” kenangnya.
Tidak hanya itu, Mr. Djanuar bahkan bercerita bahwa dirinya ikut membeli a pair of mint condition front seats. Isn’t it crazy? Anyways, untuk perangkat ini, dirinya memilih untuk membawanya sendiri ketimbang meminta pertolongan sang ibu. No wonder sih, kalau minta tolong bawa sepasang kursi, kayaknya udah berlebihan ya. LOL! Just kidding, sir! 😀
Setelah tahap restorasi pertama selesai (Yes, I repeat. RESTORASI PERTAMA), Mr. Djanuar pun mulai sering menggunakan mobil ini sebagai teman perjalanan sehari-hari. Kenapa gue sebut restorasi pertama, I’ll let you guys know later what was he doing with this Italian sports car.
Tahun demi tahun pun dijalani Mr. Djanuar bersama his freshly restored GTV, sesuai dengan fungsinya sebagai kendaraan yang seyogyanya dapat mengantarkan sang pemilik untuk beraktifitas setiap hari. Tentu masih dengan rute perjalanan Jakarta-Bandung yang rutin di hampir setiap weekend.
Fase ini sebenernya punya hubungan yang erat dengan tulisan yang gue buat di artikel Top Gear Performance. Inilah masa-masa dimana Mr. Djanuar dan Mr. Adri sedang getol berkarya sebagai seorang pure car enthusiast, sambil tetap fokus menyelesaikan kuliahnya. Hal ini terus berlangsung hingga mereka berdua berhasil meraih gelar Sarjana Teknik Mesin. Keduanya pun sepakat untuk meneruskan hidupnya sebagai car enthusiast secara lebih serius dengan memutuskan untuk membuka sebuah workshop bersama beberapa rekan lainnya.
Dalam perkembangannya tersebut, mobil ini tampil sebagai saksi bisu yang mengikuti sepak terjang dari Mr. Djanuar dan Mr. Adri. Termasuk dalam fase dimana keduanya memutuskan untuk membubarkan workshop yang sudah dibangunnya dengan susah payah, semata-mata akibat perbedaan pendapat diantara para shareholder. Meskipun begitu, satu-satunya hal yang disesali oleh Mr. Djanuar dari bubarnya workshop tersebut, adalah pekerjaan terhadap Alfa Romeo miliknya yang dirasa belum rampung.
“Saya memang sudah bertekad untuk melakukan restorasi sebagaimana mestinya. Namun, pada masa tersebut, wiring mobil ini masih belum benar-benar sempurna. Selain itu, saya juga berniat untuk merubah warna mobil ini dengan warna merah milik Alfa Romeo 6C tahun 1983,” bebernya lagi.
Perubahan paling drastis yang terjadi akibat bubarnya workshop tersebut, adalah berpisahnya Mr. Djanuar dan Mr Adri, dimana Mr. Djanuar memutuskan untuk melanjutkan hidup dengan menjalani karier sebagai seorang banker di salah satu bank swasta besar di Indonesia. Meanwhile, Mr. Adri memutuskan untuk melancong ke Amerika Serikat dan menambah pengalaman di dunia perbengkelan. Bagi gue pribadi, salah satu hal yang paling disayangkan dari keputusan Mr. Adri untuk berpindah Negara, adalah kenyataan yang mengharuskan dirinya berpisah dengan Alfa Romeo GTV miliknya. Andai saat itu Mr. Adri mengambil keputusan yang berbeda, mungkin kami bisa melakukan coverage terhadap dua GTV milik kedua best buddies ini. But hey, that’s life, right?
Bekerja sebagai salary man yang mempunyai rutinitas jam kerja dari pagi hingga sore, membuat Mr. Djanuar mengaku keteteran dalam menuntaskan niatnya untuk melakukan restorasi ulang terhadap GTV miliknya. Selama 20 tahun jenjang karirnya sebagai banker, Mr. Djanuar selalu berusaha keras meluangkan waktunya untuk sedikit demi sedikit menyicil proses restorasi terhadap wiring sang GTV. Luckily, meskipun harus struggling begitu keras, Mr. Djanuar juga berhasil melabur ulang mobil tersebut, dari warna sebelumnya Rosso Red, menjadi Signal Red yang identic dengan milik Alfa Romeo 6C. Proses pelaburan ulang ini dilakukan di workshop kepercayaannya dibawah pengawasan super ketat yang dilakukannya seorang diri.
Proses quality control super ketat yang dilakukan oleh Mr. Djanuar ini tentu tidak sia-sia. As you can see, meskipun proses pelaburan ulang tersebut dilakukan di awal tahun 90-an, namun kualitas cat yang melekat di body Alfa Romeo GTV ini masih tampil sangat sempurna. For you who consider the paint, only as shiny, well, you can go to hell.
It’s isn’t only about the shine. It is far more than that!
You should see all the effin’ details. It is nearly flawless!
Well, at least itu penilaian gue. Bagaimana menurut Mr. Djanuar sendiri?
“Mobil ini masih belum sempurna, Dean! Saya masih mau ganti seluruh bagian floor pan dengan yang baru. Karena keterbatasan informasi yang saya peroleh di masa lalu, jadi saat proses restorasi kedua, saya belum tahu kalau ternyata ada pabrik yang memproduksi floor pan replacement untuk mobil ini,” seru Mr. Djanuar. Replacing the whole floor pan? Really? SMH.
Performance wise, mesin yang terakhir kali menjalani proses rebuilt pada 30 tahun yang lalu ini, hingga sekarang masih mampu menunjukkan taringnya tanpa pernah mengalami masalah yang berarti. Gue bisa lihat sendiri, saat sesi pemotretan berlangsung, Mr. Djanuar masih kerap memacu GTV miliknya secara full throttle ketika kondisi jalanan benar-benar kosong. Jujur aja, gue langsung bengong begitu tahu bahwa mesin tersebut adalah mesin yang sama yang sering disiksa oleh Mr. Djanuar untuk menaklukan jalanan di tol Jagorawi serta jalan pegunungan yang berliku dalam perjalanan Jakarta-Bandung-Jakarta yang sering dilakukan Mr. Djanuar di masa mudanya.
Setelah gue pikir-pikir, mungkin inilah esensi dari sebuah restorasi yang benar-benar dijalani dengan sepenuh hati. Semua dikerjakan secara perlahan dan teliti dari semua segi dan aspek, tanpa melewati detail sekecil apapun. And this is the aftermath. Lagi-lagi, seperti yang udah gue sampaikan di artikel Top Gear Performance, these two are the men who defines what purist is. And the car, is a proof of what they can do to a car. Oh, and excuse me. It is not only a car. It’s a –classic-Italian-sport-car-. Used as a horse, but still looks hot as hell. Guess I’ll let the pictures do the talkin’ 🙂
And poor you, karena kalian cuma bisa melihat momen di atas ini, instead beneran ada di situ. Mr. Djanuar dan Mr. Adri, reminiscing the old days, sambil di saat yang sama, ada Alfa Romeo GTV yang selalu ada di dalam kenangan itu, masih dikendarai sampai sekarang.
Priceless.
BONUS IMAGES
Comments